Search This Blog

Wednesday, November 18, 2015

Satu Waktu Ketika Hatimu Pergi (Season 8)

Via google.co.id

Ranti setengah terseret mengimbangi langkah pria itu. Cerangkaman tangan itu terlepas saat mereka sampai di tumpukan tas yang tadi di letakkan begitu saja saat mereka menjalani hukuman. Ia lalu mencangklong tasnya. Ranti juga melakukan hal yang sama. Mencari tasnya di antara tumpukan tas-tas yang berserakan. Lalu segera pergi menjauhi pria itu. Ia ingin cepat sampai ke kelasnya.
“Kamu tidak minta surat izin masuk?” Langkah Ranti seketika terhenti ketika mendengar  suara seseorang setengah berteriak dari belakang. Ketika ia memutar tubuhnya kembali pria itu sudah berjalan memunggunginya. Buru-buru ia mengejar langkah pria itu dan terpaksa berjalan di belakangnya.
Mereka sampai di depan kantor. Pria itu berbicara dengan guru piket yang berjaga persis di sebelah pintu depan kantor.
Ritual apa lagi ini? terlambat itu ternyata tidak enak. Ada syarat yang harus dipenuhi terlebih dulu sebelum aku masuk kelas. Keluh Ranti membatin. Ia membuang napas dari mulut.
Guru itu memberikan  dua kertas dan pria itu segera memberikan satu pada Ranti. Pria itu mencari pulpen dari dalam tas lalu segera menulis. Ranti hanya memperhatikan pria itu. Ia belum menuliskan apa pun pada kertasnya karena masih belum mengerti apa yang harus ia tulis meskipun pulpen sudah ada di tangannya.
Sebenarnya lembar itu hanya kertas biasa berisi nama,kelas dan alasan terlambat yang harus diisi. Tapi Ranti merasa harus memastikan bahwa yang ditulisnya benar. Kini Ranti tahu pria disebelahnya bernama Ranto.
Ranti kini berjalan menuju kelasnya dengan langkah kaki payah. Pria yang sejak tadi bersamanya sudah menghilang di balik gedung. Kertas itu masih terselip di tangan kanannya. Ia mengerutkan dahi. Mengherankan sekali kenapa ia mencontek jawaban pria itu di kolom alasan. Terlambat karena kesiangan. Ah, itu memalukan.
Ranti terpaksa menuliskan kata itu karena ia sudah tidak mampu berpikir lagi. Ia tidak mungkin menuliskan kejadian yang sebenarnya. Karena begadang sampai larut malam mengerjakan soal matematika. Udah hampir terlambat mama masih nyuruh sarapan dulu terus ditambah jalanan macet. Itu terlalu panjang. Lagi pula dirinya memang kesiangan. TITIK.

***

No comments:

Post a Comment