gambar Via pixabay.com
Saat hadirmu hanya sebuah bayang-bayangAku memilih tuk tetap memeluk bayang ituTak akan pernah kutukarkan cintakuK & N
Sore itu Nia merasa
dirinya terbang ke awan. Sore yang sangat indah di matanya. Tapi lebih indah lagi
kalau tidak ada sore. hari ini saja ia berharap tidak ada sore. Nia ingin
secepatnya malam datang. Ia akan bertemu dengan orang istimewa malam nanti.
Seseorang yang sudah lama mendiami hatinya.
Ia sibuk memilih gaun.
Dari tadi tubuhnya berputar-putar di depan kaca. Mematut-matutkan baju ke
tubuhnya. Ia merasa tak ada satu pun baju yang cocok. Heran. Bagaimana mungkin
ia tidak berselera dengan semua baju yang ada di lemarinya. Semuanya tampak
biasa. Ia ingin terlihat beda malam ini. Kelihatan lebih cantik dan anggun.
Tiba-tiba Hp Nia berbunyi.
Dari Dian sahabatnya, buru-buru
ia angkat. Ia pasti membutuhkan bantuan Dian. Suasana hatinya begitu campur
aduk saat ini. Ia meletakkan Hp ke telinga kanannya dengan wajah yang
menyungging senyum.
“ Hallo.” Suara Nia antusias. “Dian, Kevin pulang. Malam ini dia ngajak aku dinner.” Langsung saja Nia
berbicara ke pokok persoalan. Ia tidak punya waktu untuk berbasa-basi.
“ Oh ya? selamat ya. Wah, ada yang gugup nih.”
“ Banget. Aku bingung mau pakai apa ya?”
“ Pakai bajulah, Non.” Dian tertawa di seberang.
“ Yee, tahulah.
Maksud aku baju apa?” Nia merengut sebal. Bibirnya manyun mendengar candaan
Dian, meskipun saat ini Dian juga tidak bisa melihat ekspresi wajah Nia.
“ Ya udah deh. Aku bantuin siapin Tuan Putri ya. Aku ke
rumah kamu deh.” Katanya bersemangat. “ Hmm, hitung-hitung amal bantuin temen. Padahalkan aku sendiri masih jomblo. Ho ho ho.” Lanjut Dian
dengan gaya pura-pura menangis lalu kemudian tertawa.
“ Ha ha ha. Ya udah, cepetan kesini. Jangan lama.” Ancam Nia sebelum menutup teleponnya.
Kehadiran Dian di kamar itu tidak hanya untuk memabntu
Nia memilihkan baju, tapi
juga hal-hal lainnya. Mereka berbincang-bincang di sela kesibukan itu. Terutama
tentang Kevin.
“ Kevin udah lulus kuliah ya?” tanya Dian saat membantu
memilih baju-baju dari dalam lemari.
“ Iya.” Jawab Nia senang.
Tatapannya memudar. Ia
jadi melamun. Saat-saat tanpa Kevin adalah saat terberat dalam hidupnya. Ia
masih teringat jelas. Peristiwa itu seperti rekaman yang tak mampu dihapus. Tak
dapat dibuang begitu saja.
Saat ia harus melepaskan
Kevin pergi. Saat itu ia tak bisa membendung air matanya. Kevin berulang kali
menyeka air mata itu agar tidak jatuh dan bergulir di pipi. Matanya sembap.
Kevin memeluknya erat
Sebelum akhirnya pergi menyisakan derik langkah. Menyisakan aroma parfum yang
tertempel di baju Nia untuk beberapa saat. Tangis Nia pecah tak terbendung.
Dian menepuk pundaknya khawatir, lalu mereka berdua pergi dari tempat itu tanpa sepatah kata pun. Dirinya
seperti patung beku. Dian masih tak melepaskan tangannya dari bahu Nia.
Sesekali air mata Nia kembali bergulir. Ia tahu matanya pasti memerah, tapi ia tidak peduli. Kevin pergi. Hanya itu yang bisa tertangkap
dalam pikirannya.
Hari-hari berikutnya menjadi
hari yang terberat bagi Nia. Ia harus menjalani kehidupannya tanpa Kevin. Ia
tak terbiasa dengan ketidak hadiran pria itu . Selama ini Kevin selalu di
sampingnya. Menemaninya. Membantunya apa saja. Kevin pria yang baik.
Pria itu biasa menghibur
hatinya yang sedih. Mengusap air matanya. Setiap kata yang keluar dari mulut
Kevin bagaikan telaga yang menyejukkan dan Nia sangat menyukai cara pandang
pria itu dalam menghadapi setiap masalah. Mengagumi pola pikirnya yang dewasa.
Ia sudah terbiasa dengan Kevin di sampingnya. Semua akan baik-baik saja jika
ada pria itu di sebelahnya.
Kevin. Hanya nama itu yang
selalu tersemat di hati Nia. Ia tidak bisa melupakan bayangan sosok itu. Pria
itu meninggalkan bayang-bayang untuk Nia meski mereka jauh terpisah. Tapi bayangan
selalu berkutat pada hari-hari Nia.
“ Hei, kok
melamun? Dian menyadarkannya kembali ke dunia nyata. Ia memberikan baju
pilihannya pada Nia.
Sesaat Nia kaget lalu tak lama setelah itu menerima
baju-baju dari tangan Dian. Ia mematut-matutkan dirinya di cermin. Memilih baju
yang paling sesuai untuk malam spesial ini.
“Ada apa? gugup ya?” tanya Dian saat melihat Nia lebih
pendiam dari biasanya. Ini tidak seperti Nia yang dikenalnya. Yang cerewet
dalam segala hal bahkan bisa lebih cerewet darinya.
“Sedikit.” Jawab Nia jujur. “ Seperti apa wajah Kevin
sekarang? apa aku masih akan mengenalinya,dan..apa dia mengenaliku?” matanya
menerawang.
Bersambung..
No comments:
Post a Comment